share demam tifoid
#1
berhubung di indonesia prevelensi penyakit ini banyak jadi ini dulu yang saya mulai
Ada seorang mahasiswi usia 21 tahun datang berobat ke dokter mengeluh 7 hari terasa demam,terutama di sore-malam hari, nyeri kepala,pusing,perasaan tidak enak di perut,mual,muntah,kembung,diare.Sudah diobati dengan obat amoxcicilin dan ibuprofen(anjuran temannya) tetapi tidak ada perubahan dan penderita belum pernah sakit seperti ini.
2 minggu yang lalu penderita makan di warteg.Dari pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum pucat,gelisah,sobat badan 39 derajat celcius, tekanan darah 110/70 mmHg,nadi 90x/menit dan pada mulut terlihat lidah kotor di tengan,tepi dan ujung merah dan tremor.pemeriksaan perit didapatkan hati membesar.

jawabannya Big Grin
1. Mengapa demam terutama disore dan malam hari?
Pada orang normal,irama sirkadian sangat mempengaruhi laju metabolisme tubuh,sehingga terjadi peningkatan sobat,pada pagi hari.
Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam,volume 2,edisi 13
Demam terjadi di sore hingga malam hari karena pada waktu tersebutmetabolisme tubuh telah menurun, sehingga sobat tubuh ikut menurun. Akibatnya, tubuhmengkompensasi set point ³palsu´ yang di set oleh bakteri dengan mekanisme demam. Sedangkanmenggigil adalah salah satu mekanisme termogenesis dalam usaha meningkatkan sobat. Pada umumnyamenggigil terjadi pada demam yang suhunya jauh dari nilai normal.
Sumber : Buku ajar IPD FKUI

2. Pengertian demam
Demam adalah peningkatan sobat tubuh diatas normal. Bila diukur dengan termometer rektal > 380C ( 100,40F ), bila pada oral > 37,80C, dan pada axilla > 37,20C ( 990F ).

Sumber : Mansjoer, Arif., et all. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius.
• sobat normal: 36,5-37,2 C
• subnormal: < 36,5 C
• demam :> 37,2 C
• Hiperpireksia: > 41,2 C
• HIpotermia : < 35 C

(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III FK UI)
Degenerasi jaringan tubuh bakteri toksik
(gram -)

Pirogen -->Di jaringan/dalam darah-->Difagositosis leukosit darah,makrofag jaringan--> limfosit pembuluh bergranula besar-->mencerna hasil pemecahan bakteri & pelepasan IL(leukosit pirogen/pirogen endogen)-->menginduksi pembentukan prostaglandin E2/zat yang mirip-->meninggikan set point pada-->termostat hipotalamus--demam

((Sumber:Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 11.Guyton & Hall.Hal 937-948))

• Demam karena pirogen eksogen normal atau tidak?
Ketika terserang infeksi, tubuh berusaha membasmi infeksi itu dengan mengerahkan sistem imun. Sel darah putih dan semua perangkatnya bekerja keras menghancurkan penyebab infeksi, membentuk antibodi untuk menetralkan musuh, serta membentuk demam. Kehadiran demam akan membantu membunuh virus, karena virus tidak tahan sobat tinggi. Sebaliknya, virus akan tumbuh subur di sobat rendah.
Dunia kedokteran membuktikan, pada umumnya demam bukan kondisi yang membahayakan serta mengancam keselamatan jiwa. Beberapa kepustakaan kedokteran menulis, demam merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh untuk memerangi infeksi. Ia ibarat alarm yang memberitahukan bahwa sesuatu tengah terjadi di dalam tubuh.
http://www.bee-health.com/m/articles/vie...n-Penyakit
4. Tipe-tipe demam
Tipe Demam
• Demam septic, sobat badan berangsur naik ke tingkat tinggi pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering di sertai keluhan menggil dna berkerngat. Bila demam turun ke sobat normal di sebut demam heptik.
• Demam remiten, Demam dengan sobat badan yang dapat turun setiap hari namun tidak mencapai sobat normal. Perbedaan sobat sekitar 2 oC.
• Demam intermiten, sobat badan turun ke tingkat normal selama beberapa jam daolam satu hari. Bila demam ini terjadi setiap 2 hari sekali di sebut Tertiana. Bila terjadi 2 hari bebas diikuti 2 hari demam di sebut Kuartana.

• Demam kontinyu, Terjadi variasi sobat sepanjang hari tidak lebih dari 1oC. Pada demam yang terus menerus meninggi tiap hari di sebut hiperpireksia.
• Demam siklik, Terjadi kenaikan sobat selama beberapa hari yang diikuti periode bebas demam selama bebrapa hari kemudian diikuti kenaiakan sobat seperti semua.

( Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III Edisi IV )

• Kesimpulan pasien demam tipe sepsis dan remiten

5. Mengapa 7 hari demam sebabnya apa?
• Kemungkinan penyebabnya tifoid
• Kurang dari 7 hari
 Pada demam yang disebabkan oleh virus influenza yang disertai dengan atau tanpa batuk pilek umumnya, akan dialami selama 1-2 hari dengan sobat yang tidak terlalu tinggi, hangat-hangat saja atau biasa disebut ‘greges-greges‘. Umumnya penyakit karena virus bisa sembuh sendiri dengan dibantu minum banyak, makan dan istirahat cukup. Kadang-kadang tidak diperlukan obat (sembuh tanpa obat).
 Pada demam yang disebabkan oleh virus demam berdarah, suhunya turun naik sepanjang hari, seperti pelana kuda, sehingga disebut saddle fever. Demam bisa berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari, dan pada fase lanjut biasanya disertai manifestasi perdarahan di bawah kulit lengan, perdarahan gusi, dan atau mimisan. Bila dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, demam ini bisa disertai syok karena kekurangan cairan di dalam sel tubuh.

Contoh Pola Demam Berdarah
 Ada demam lagi yang perlu diwaspadai oleh masyarakat, karena tingkat keparahannya dan angka kematiannya yang masih tinggi di masyarakat, yaitu demam akibat flu burung. Pada demam ini, suhunya lebih dari 38 derajat Celcius secara menetap dan ada riwayat pernah kontak dengan unggas sakit atau mati mendadak. Dalam waktu yang cukup cepat, biasanya akan diikuti dengan gejala batuk, nyeri tenggorok, dan sesak napas, kemudian meninggal dunia.


• Lebih dari 7 hari:

 Demam thypoid atau tifus suhunya bisa lebih dari 38 derajat Celcius, yang biasanya muncul pada sore dan malam hari. Demam ini berlangsung lebih dari 3 hari bahkan lebih dari 7 hari, disertai sakit kepala, penurunan nafsu makan, dan atau sembelit atau diare.

http://dokternasir.web.id/2012/01/cermat...yakit.html
Kesimpulan : pasien demam tifoid demam 7 hari tipe demam remiten atau sepsis
S. typhi bisa berada dalam air, es, debu, sampah kering, yang bila organisme ini masuk ke dalam vehicle yang cocok (daging, kerang, dan sebagainya) akan berkembang biak mencapai dosis infektif (Karsinah et.al, 1994).
Kuman masuk melalui saluran pencernaan lewat makanan yang terkontaminasi. Sebagian dimusnahkan dalam lambung, namun ada yang lolos sampai usus, kemudian berkembang biak. Bila respon imunitas mukosa (IgA) kurang baik, kuman dapat menembus sel epitel (terutama sel-M), selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kemudian berkembang biak dan difagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup di makrofag kemudian dibawa ke plaques peyeri kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Kemudian kuman masuk ke sirkulasi darah (menyebabkan bakteremia pertama yang asimtomatik), kemudian menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial terutama hati dan limpa. Di organ ini kuman menyebarkan meninggalkan sel fagosit kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakteremia kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik
7. Mengapa merasa nyeri kepala dan pusing ?
Sakit kepala dalam kasus ini disebabkan oleh sekresi mediator inflamasi seperti TNFά
yang berlebih akibat dari pengaktifan makrofag oleh pirogen eksogen - selanjutnya
akan membentuk prostaglandin - mempengaruhi pusat simpatis pada hipotalamus
posterior – vasokontriksi pembuluh darah pada lapisan otak – sakit kepala.
Selain itu juga karena anemia yang menyebabkan anoksia jaringan sehingga transport
oksigen ke otak menurun.
8. Mengapa keadaan umumnya pucat dan gelisah ?
Bisa jadi karena mual dan muntahanoreksiakurang pasokan nutrisi jadi badan lemah
Bisa juga gelisah karena adanya hepatomegali jd penderita merasa tdak nyaman di perutnya

Demam tifoid
Definisi :
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi dengan masa tunas 6-14 hari.
Etiologi:
a) Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
• antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)
• antigen H(flagella)
• antigen V1 dan protein membrane hialin.
b) Salmonella parathypi A
c) salmonella parathypi B
d) Salmonella parathypi C
e) Faces dan Urin dari penderita thypus (Rahmad Juwono, 1996).
Gejala dan Tanda:
• Demam > 7 hari, terutama pada malam hari, dan tidak spesifik
• Gangguan saluran pencernaan: nyeri perut, sembelit/diare, muntah
• Dapat ditemukan: lidah kotor, splenomegali, hepatomegali
• Gangguan kesadaran : iritabel-delirium, apati sampai semi-koma
• Bradikardi relatif, Rose-spots, epistaksis (jarang ditemukan)
• Laboratorium : titer Widal 1/200 atau lebih atau 1/320 pada pemeriksaan ulangan dan klinis. Diagnosa pasti dengan kultur. Titer aglutinin bisa tetap positip setelah beberapa minggu, bulan bahkan tahun, walau penderita sudah sehat. Kadang leukositosis, kadang leukopeni
Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
Penatalaksanaan :
• Bet rest total (tirah baring absolut) sampai minimal 7 hari bebas panas atau selama 14 hari, lalu mobilisasi secara bertahap -> duduk -> berdiri -> jalan pada 7 hari bebas panas
• Diet tetap makan nasi, tinggi kalori dan protein (rendah serat) -> lihat Buku Ajar Penyakit Dalam jilid 1, edisi 3 cetakan ke 7, halaman 439, PAPDI, tahun 2004
• Medikamentosa:
1. Antipiretik (Parasetamol setiap 4-6 jam)
2. Roborantia (Becom-C, dll)
3. Antibiotika:
o Kloramfenikol, Thiamfenikol : 4×500 mg, jika sampai 7 hari panas tidak turun (obat diganti)
o Amoksilin/ampisilin : 1 gr/6 jam selama fase demam. Bila demam turun -> 750 mg/6 jam sampai 7 hari bebas panas
o Kotrimoksasol : 2 X 960 mg Selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas panas. Jika terjadi leukopeni (obat diganti)
o Golongan sefalospurin generasi III (mahal)
o Golongan quinolon (bila ada MDR)
Catatan:
Kortikosterroid: khusus untuk penderita yang sangat toksik (panas tinggi tidak turun-turun, kesadaran menurun dan gelisah/sepsis):
• Hari ke 1: Kortison 3 X 100 mg im atau Prednison 3 X 10 mg oral
• Hari ke 2: Kortison 2 X 100 mg im atau Prednison 2 X 10 mg oral
• Hari ke 3: Kortison 3 X 50 mg im atau Prednison 3 X 5 mg oral
• Hari ke 4: Kortison 2 X 50 mg im atau Prednison 2 X 5 mg oral
• Hari ke 5: Kortison 1 X 50 mg im atau Prednison 1 X 5 mg oral
Pada Anak :
• Klorampenikol : 50-100 mg/kg BB/dibagi dalam 4 dosis sampai 3 hari bebas panas / minimal 14 hari. Pada bayi < 2 minggu : 25 mg/kg BB/hari dalam 4 dosis. Bila dalam 4 hari panas tidak turun obat dapat diganti dengan antibiotika lain (lihat di bawah)
• Kotrimoksasol : 8-20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 hari bebas panas / minimal 10 hari
• Bila terjadi ikterus dan hepatomegali : selain Kloramfenikol diterapi dengan Ampisilin 100 mg/ kg BB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis
• Bila dengan upaya-upaya tersebut panas tidak turun juga, rujuk ke RSUD
medicastore.com › Kategori Penyakit › Infeksi & Penyakit Menular

Demam tifoid
a. Anamnesis.
- Demam lamanya lebih dari 1 minggu, sifatnya sore dan malam hari lebih tinggi daripada pagi dan siang hari.
- Gangguan kesadaran : lamanya, sifatnya (apatis sampai somnolen) mengigau, halusinasi, dll.
- Gangguan saluran cerna : mulut bau, perut kembung atau tegang dan nyeri pada perabaan, konstipasi atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir atau tinja berwarna hitam, anoreksia, muntah.
- Gejala lain : kejang, sesak nafas.
- Pengobatan yang telah diberikan, jenis dan lamanya.
b. Pemeriksaan fisik.
- Demam, kesadaran menurun, mulut bau, bibir kering dan pecah-pecah (rhagaden), lidah kotor (coated tongue) dengan ujung dan tepi kemerahan dan tremor, perut kembung, pembesaran hati dan limpa yang nyeri pada perabaan.
- Tanda komplikasi di dalam saluran cerna :
• Perdarahan usus : tinja berdarah (melena).
• Perforasi usus : pekak hati hilang dengan atau tanpa tanda-tanda peritonitis, bising usus hilang.
• Peritonitis : nyeri perut hebat, dinding perut tegang dan nyeri tekan, bising usus melemah/hilang.
- Tanda komplikasi di luar saluran cerna :
• Meningitis, kolesistitis, hepatitis, ensefalopati, Bronkhopneumonia, dehidrasi dan asidosis.
medicine.uii.ac.id/index.php/Artikel/Demam-Tifoid.html


Pemeriksaan lab dan penunjang demam sore hari
Demam tifoid
PEMERIKSAAN LABORATORIUM PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dibagi dalam empat kelompok, yaitu : (1) pemeriksaan darah tepi; (2) pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman; (3) uji serologis; dan (4) pemeriksaan kuman secara molekuler.
1. PEMERIKSAAN DARAH TEPI
Pada penderita demam tifoid bisa didapatkan anemia, jumlah leukosit normal, bisa menurun atau meningkat, mungkin didapatkan trombositopenia dan hitung jenis biasanya normal atau sedikit bergeser ke kiri, mungkin didapatkan aneosinofilia dan limfositosis relatif, terutama pada fase lanjut.11 Penelitian oleh beberapa ilmuwan mendapatkan bahwa hitung jumlah dan jenis leukosit serta laju endap darah tidak mempunyai nilai sensitivitas, spesifisitas dan nilai ramal yang cukup tinggi untuk dipakai dalam membedakan antara penderita demam tifoid atau bukan, akan tetapi adanya leukopenia dan limfositosis relatif menjadi dugaan kuat diagnosis demam tifoid.
Penelitian oleh Darmowandowo (1998) di RSU Dr.Soetomo Surabaya mendapatkan hasil pemeriksaan darah penderita demam tifoid berupa anemia (31%), leukositosis (12.5%) dan leukosit normal (65.9%).

2. IDENTIFIKASI KUMAN MELALUI ISOLASI / BIAKAN
Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri S. typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau dari rose spots. Berkaitan dengan patogenesis penyakit, maka bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada awal penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya di dalam urine dan feses.
Hasil biakan yang positif memastikan demam tifoid akan tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena hasilnya tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil biakan meliputi (1) jumlah darah yang diambil; (2) perbandingan volume darah dari media empedu; dan (3) waktu pengambilan darah.
Volume 10-15 mL dianjurkan untuk anak besar, sedangkan pada anak kecil dibutuhkan 2-4 mL.4 Sedangkan volume sumsum tulang yang dibutuhkan untuk kultur hanya sekitar 0.5-1 mL.12 Bakteri dalam sumsum tulang ini juga lebih sedikit dipengaruhi oleh antibiotika daripada bakteri dalam darah. Hal ini dapat menjelaskan teori bahwa kultur sumsum tulang lebih tinggi hasil positifnya bila dibandingkan dengan darah walaupun dengan volume sampel yang lebih sedikit dan sudah mendapatkan terapi antibiotika sebelumnya.9,18 Media pembiakan yang direkomendasikan untuk S.typhi adalah media empedu (gall) dari sapi dimana dikatakan media Gall ini dapat meningkatkan positivitas hasil karena hanya S. typhi dan S. paratyphi yang dapat tumbuh pada media tersebut.4
Biakan darah terhadap Salmonella juga tergantung dari saat pengambilan pada perjalanan penyakit. Beberapa peneliti melaporkan biakan darah positif 40-80% atau 70-90% dari penderita pada minggu pertama sakit dan positif 10-50% pada akhir minggu ketiga. Sensitivitasnya akan menurun pada sampel penderita yang telah mendapatkan antibiotika dan meningkat sesuai dengan volume darah dan rasio darah dengan media kultur yang dipakai.6 Bakteri dalam feses ditemukan meningkat dari minggu pertama (10-15%) hingga minggu ketiga (75%) dan turun secara perlahan. Biakan urine positif setelah minggu pertama. Biakan sumsum tulang merupakan metode baku emas karena mempunyai sensitivitas paling tinggi dengan hasil positif didapat pada 80-95% kasus dan sering tetap positif selama perjalanan penyakit dan menghilang pada fase penyembuhan. Metode ini terutama bermanfaat untuk penderita yang sudah pernah mendapatkan terapi atau dengan kultur darah negatif sebelumnya. Prosedur terakhir ini sangat invasif sehingga tidak dipakai dalam praktek sehari-hari. Pada keadaan tertentu dapat dilakukan kultur pada spesimen empedu yang diambil dari duodenum dan memberikan hasil yang cukup baik akan tetapi tidak digunakan secara luas karena adanya risiko aspirasi terutama pada anak. Salah satu penelitian pada anak menunjukkan bahwa sensitivitas kombinasi kultur darah dan duodenum hampir sama dengan kultur sumsum tulang.13
Kegagalan dalam isolasi/biakan dapat disebabkan oleh keterbatasan media yang digunakan, adanya penggunaan antibiotika, jumlah bakteri yang sangat minimal dalam darah, volume spesimen yang tidak mencukupi, dan waktu pengambilan spesimen yang tidak tepat.
Walaupun spesifisitasnya tinggi, pemeriksaan kultur mempunyai sensitivitas yang rendah dan adanya kendala berupa lamanya waktu yang dibutuhkan (5-7 hari) serta peralatan yang lebih canggih untuk identifikasi bakteri sehingga tidak praktis dan tidak tepat untuk dipakai sebagai metode diagnosis baku dalam pelayanan penderita.
3. IDENTIFIKASI KUMAN MELALUI UJI SEROLOGIS
Uji serologis digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dengan mendeteksi antibodi spesifik terhadap komponen antigen S. typhi maupun mendeteksi antigen itu sendiri. Volume darah yang diperlukan untuk uji serologis ini adalah 1-3 mL yang diinokulasikan ke dalam tabung tanpa antikoagulan.4 Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid ini meliputi : (1) uji Widal; (2) tes TUBEX®; (3) metode enzyme immunoassay (EIA); (4) metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA); dan (5) pemeriksaan dipstik.
Metode pemeriksaan serologis imunologis ini dikatakan mempunyai nilai penting dalam proses diagnostik demam tifoid. Akan tetapi masih didapatkan adanya variasi yang luas dalam sensitivitas dan spesifisitas pada deteksi antigen spesifik S. typhi oleh karena tergantung pada jenis antigen, jenis spesimen yang diperiksa, teknik yang dipakai untuk melacak antigen tersebut, jenis antibodi yang digunakan dalam uji (poliklonal atau monoklonal) dan waktu pengambilan spesimen (stadium dini atau lanjut dalam perjalanan penyakit).
3.1 UJI WIDAL
Uji Widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunakan sejak tahun 1896. Prinsip uji Widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi aglutinin dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap antigen somatik (O) dan flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum. 2,11
Teknik aglutinasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji hapusan (slide test) atau uji tabung (tube test). Uji hapusan dapat dilakukan secara cepat dan digunakan dalam prosedur penapisan sedangkan uji tabung membutuhkan teknik yang lebih rumit tetapi dapat digunakan untuk konfirmasi hasil dari uji hapusan.
Penelitian pada anak oleh Choo dkk (1990) mendapatkan sensitivitas dan spesifisitas masing-masing sebesar 89% pada titer O atau H >1/40 dengan nilai prediksi positif sebesar 34.2% dan nilai prediksi negatif sebesar 99.2%.14 Beberapa penelitian pada kasus demam tifoid anak dengan hasil biakan positif, ternyata hanya didapatkan sensitivitas uji Widal sebesar 64-74% dan spesifisitas sebesar 76-83%.
Interpretasi dari uji Widal ini harus memperhatikan beberapa faktor antara lain sensitivitas, spesifisitas, stadium penyakit; faktor penderita seperti status imunitas dan status gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan antibodi; gambaran imunologis dari masyarakat setempat (daerah endemis atau non-endemis); faktor antigen; teknik serta reagen yang digunakan.
Kelemahan uji Widal yaitu rendahnya sensitivitas dan spesifisitas serta sulitnya melakukan interpretasi hasil membatasi penggunaannya dalam penatalaksanaan penderita demam tifoid akan tetapi hasil uji Widal yang positif akan memperkuat dugaan pada tersangka penderita demam tifoid (penanda infeksi).3 Saat ini walaupun telah digunakan secara luas di seluruh dunia, manfaatnya masih diperdebatkan dan sulit dijadikan pegangan karena belum ada kesepakatan akan nilai standar aglutinasi (cut-off point). Untuk mencari standar titer uji Widal seharusnya ditentukan titer dasar (baseline titer) pada anak sehat di populasi dimana pada daerah endemis seperti Indonesia akan didapatkan peningkatan titer antibodi O dan H pada anak-anak sehat. Penelitian oleh Darmowandowo di RSU Dr.Soetomo Surabaya (1998) mendapatkan hasil uji Widal dengan titer >1/200 pada 89% penderita.
3.2 TES TUBEX®
Tes TUBEX® merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang sederhana dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada Salmonella serogrup D. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena hanya mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam waktu beberapa menit.4
Walaupun belum banyak penelitian yang menggunakan tes TUBEX® ini, beberapa penelitian pendahuluan menyimpulkan bahwa tes ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik daripada uji Widal.4 Penelitian oleh Lim dkk (2002) mendapatkan hasil sensitivitas 100% dan spesifisitas 100%.15 Penelitian lain mendapatkan sensitivitas sebesar 78% dan spesifisitas sebesar 89%.9 Tes ini dapat menjadi pemeriksaan yang ideal, dapat digunakan untuk pemeriksaan secara rutin karena cepat, mudah dan sederhana, terutama di negara berkembang.15
3.3 METODE ENZYME IMMUNOASSAY (EIA) DOT
Uji serologi ini didasarkan pada metode untuk melacak antibodi spesifik IgM dan IgG terhadap antigen OMP 50 kD S. typhi. Deteksi terhadap IgM menunjukkan fase awal infeksi pada demam tifoid akut sedangkan deteksi terhadap IgM dan IgG menunjukkan demam tifoid pada fase pertengahan infeksi. Pada daerah endemis dimana didapatkan tingkat transmisi demam tifoid yang tinggi akan terjadi peningkatan deteksi IgG spesifik akan tetapi tidak dapat membedakan antara kasus akut, konvalesen dan reinfeksi. Pada metode Typhidot-M® yang merupakan modifikasi dari metode Typhidot® telah dilakukan inaktivasi dari IgG total sehingga menghilangkan pengikatan kompetitif dan memungkinkan pengikatan antigen terhadap Ig M spesifik.4
Penelitian oleh Purwaningsih dkk (2001) terhadap 207 kasus demam tifoid bahwa spesifisitas uji ini sebesar 76.74% dengan sensitivitas sebesar 93.16%, nilai prediksi positif sebesar 85.06% dan nilai prediksi negatif sebesar 91.66%.16 Sedangkan penelitian oleh Gopalakhrisnan dkk (2002) pada 144 kasus demam tifoid mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 98%, spesifisitas sebesar 76.6% dan efisiensi uji sebesar 84%.17 Penelitian lain mendapatkan sensitivitas sebesar 79% dan spesifisitas sebesar 89%.
Uji dot EIA tidak mengadakan reaksi silang dengan salmonellosis non-tifoid bila dibandingkan dengan Widal. Dengan demikian bila dibandingkan dengan uji Widal, sensitivitas uji dot EIA lebih tinggi oleh karena kultur positif yang bermakna tidak selalu diikuti dengan uji Widal positif.2,8 Dikatakan bahwa Typhidot-M® ini dapat menggantikan uji Widal bila digunakan bersama dengan kultur untuk mendapatkan diagnosis demam tifoid akut yang cepat dan akurat.4
Beberapa keuntungan metode ini adalah memberikan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dengan kecil kemungkinan untuk terjadinya reaksi silang dengan penyakit demam lain, murah (karena menggunakan antigen dan membran nitroselulosa sedikit), tidak menggunakan alat yang khusus sehingga dapat digunakan secara luas di tempat yang hanya mempunyai fasilitas kesehatan sederhana dan belum tersedia sarana biakan kuman. Keuntungan lain adalah bahwa antigen pada membran lempengan nitroselulosa yang belum ditandai dan diblok dapat tetap stabil selama 6 bulan bila disimpan pada sobat 4°C dan bila hasil didapatkan dalam waktu 3 jam setelah penerimaan serum pasien.
3.4 METODE ENZYME-LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA)
Uji Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dipakai untuk melacak antibodi IgG, IgM dan IgA terhadap antigen LPS O9, antibodi IgG terhadap antigen flagella d (Hd) dan antibodi terhadap antigen Vi S. typhi. Uji ELISA yang sering dipakai untuk mendeteksi adanya antigen S. typhi dalam spesimen klinis adalah double antibody sandwich ELISA. Chaicumpa dkk (1992) mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 95% pada sampel darah, 73% pada sampel feses dan 40% pada sampel sumsum tulang. Pada penderita yang didapatkan S. typhi pada darahnya, uji ELISA pada sampel urine didapatkan sensitivitas 65% pada satu kali pemeriksaan dan 95% pada pemeriksaan serial serta spesifisitas 100%.18 Penelitian oleh Fadeel dkk (2004) terhadap sampel urine penderita demam tifoid mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 100% pada deteksi antigen Vi serta masing-masing 44% pada deteksi antigen O9 dan antigen Hd. Pemeriksaan terhadap antigen Vi urine ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut akan tetapi tampaknya cukup menjanjikan, terutama bila dilakukan pada minggu pertama sesudah panas timbul, namun juga perlu diperhitungkan adanya nilai positif juga pada kasus dengan Brucellosis.
3.5 PEMERIKSAAN DIPSTIK
Uji serologis dengan pemeriksaan dipstik dikembangkan di Belanda dimana dapat mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap antigen LPS S. typhi dengan menggunakan membran nitroselulosa yang mengandung antigen S. typhi sebagai pita pendeteksi dan antibodi IgM anti-human immobilized sebagai reagen kontrol. Pemeriksaan ini menggunakan komponen yang sudah distabilkan, tidak memerlukan alat yang spesifik dan dapat digunakan di tempat yang tidak mempunyai fasilitas laboratorium yang lengkap. 4,20
Penelitian oleh Gasem dkk (2002) mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 69.8% bila dibandingkan dengan kultur sumsum tulang dan 86.5% bila dibandingkan dengan kultur darah dengan spesifisitas sebesar 88.9% dan nilai prediksi positif sebesar 94.6%.20 Penelitian lain oleh Ismail dkk (2002) terhadap 30 penderita demam tifoid mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 90% dan spesifisitas sebesar 96%.21 Penelitian oleh Hatta dkk (2002) mendapatkan rerata sensitivitas sebesar 65.3% yang makin meningkat pada pemeriksaan serial yang menunjukkan adanya serokonversi pada penderita demam tifoid.22 Uji ini terbukti mudah dilakukan, hasilnya cepat dan dapat diandalkan dan mungkin lebih besar manfaatnya pada penderita yang menunjukkan gambaran klinis tifoid dengan hasil kultur negatif atau di tempat dimana penggunaan antibiotika tinggi dan tidak tersedia perangkat pemeriksaan kultur secara luas.21,22


4. IDENTIFIKASI KUMAN SECARA MOLEKULER
Metode lain untuk identifikasi bakteri S. typhi yang akurat adalah mendeteksi DNA (asam nukleat) gen flagellin bakteri S. typhi dalam darah dengan teknik hibridisasi asam nukleat atau amplifikasi DNA dengan cara polymerase chain reaction (PCR) melalui identifikasi antigen Vi yang spesifik untuk S. typhi.
Penelitian oleh Haque dkk (1999) mendapatkan spesifisitas PCR sebesar 100% dengan sensitivitas yang 10 kali lebih baik daripada penelitian sebelumnya dimana mampu mendeteksi 1-5 bakteri/mL darah.24 Penelitian lain oleh Massi dkk (2003) mendapatkan sensitivitas sebesar 63% bila dibandingkan dengan kultur darah (13.7%) dan uji Widal (35.6%).
Kendala yang sering dihadapi pada penggunaan metode PCR ini meliputi risiko kontaminasi yang menyebabkan hasil positif palsu yang terjadi bila prosedur teknis tidak dilakukan secara cermat, adanya bahan-bahan dalam spesimen yang bisa menghambat proses PCR (hemoglobin dan heparin dalam spesimen darah serta bilirubin dan garam empedu dalam spesimen feses), biaya yang cukup tinggi dan teknis yang relatif rumit. Usaha untuk melacak DNA dari spesimen klinis masih belum memberikan hasil yang memuaskan sehingga saat ini penggunaannya masih terbatas dalam laboratorium penelitian.


haduhhh maaf masih berantakan yah
segala saran,kritik,caci maki silah kan dah
kalo ada yg tidak di mengerti silahkan di tanya Big Grin saya akan mencoba menjawabnya
oke sampe disini dulu persiapan ujian,doakan yeee
ada kodok teroret teroret dipinggir kali terorret teroret mencari makan teroret teroret setiap pagi teroret teroret

visit: http://warungiso.blogspot.com/

I was not smart or special but I was unix

#2
mantap om izin baca Tongue
Every Second, Every Minutes, Every Hours, Every Days Its Never End

#3
wahh kren nih,,, dapet ilmu non IT juga di sini Smile
Btw irama srikandi itu apa yah ? apa cuma ungkapan ?
jujur kata itu asing banget om bagi saya Angry

#4
(04-26-2012, 11:43 PM)drewcode Wrote: wahh kren nih,,, dapet ilmu non IT juga di sini Smile
Btw irama srikandi itu apa yah ? apa cuma ungkapan ?
jujur kata itu asing banget om bagi saya Angry


wakkk srikandi??
sikardian om= Irama Sirkadian adalah sebuah irama biologis yang menunjukkan proses adaptasi dari organisme terhadap banyak perubahan yang terjadi karena rotasi bumi pada porosnya, seperti perubahan cahaya, tekanan udara, dan sobat. Irama sirkadian dikendalikan oleh jam biologis yang terletak dalam sebuah bagian kecil di hipotalamus yang berbentuk seperti tetes air yang isinya berupa kumpulan sel yang disebut sebagai suprachiasmatic nucleus.
lebih enaknya dicontohkan
pagi hari knpa to terkadang kita ngantuk dan bisa bersemangat?? kerna pada pagi hari hormon kita berada dalam puncaknya yaitu jam 03.00-08.00 makanya kalo kita shalat tahajud niscaya kita akan sehat

terus siang hari dari jam 13.00-16 itu adalah waktu bagi tubuh untuk beristirahat itulah kenapa pasti ngantuk

mendekati jam 17.00-21.00 hormon kita meningkat tapi tidak sebanyak waktu pagi hari dan pas kita tidur hormon kita turun tanda tubuh kita beristirahat (dianjurkan jangan banyak bergadang kerna itulah fase tubuh beristirahat)
itu siklusss berulang terus menerus dengan seimbang tergantung kitanya saja lagi yang menggunakan tubuh kita :Big Grin

ada kodok teroret teroret dipinggir kali terorret teroret mencari makan teroret teroret setiap pagi teroret teroret

visit: http://warungiso.blogspot.com/

I was not smart or special but I was unix

#5
puanjangnya -__-" tapi nice share om dokter

#6
(04-27-2012, 12:13 AM)junior.riau18 Wrote: puanjangnya -__-" tapi nice share om dokter

wkwkkw gak pa2 lah Tongue itu mah masih sedikit om juni Big Grin
ada kodok teroret teroret dipinggir kali terorret teroret mencari makan teroret teroret setiap pagi teroret teroret

visit: http://warungiso.blogspot.com/

I was not smart or special but I was unix

#7
(04-26-2012, 11:58 PM)wine trochanter Wrote:
(04-26-2012, 11:43 PM)drewcode Wrote: wahh kren nih,,, dapet ilmu non IT juga di sini Smile
Btw irama srikandi itu apa yah ? apa cuma ungkapan ?
jujur kata itu asing banget om bagi saya Angry


wakkk srikandi??
sikardian om= Irama Sirkadian adalah sebuah irama biologis yang menunjukkan proses adaptasi dari organisme terhadap banyak perubahan yang terjadi karena rotasi bumi pada porosnya, seperti perubahan cahaya, tekanan udara, dan sobat. Irama sirkadian dikendalikan oleh jam biologis yang terletak dalam sebuah bagian kecil di hipotalamus yang berbentuk seperti tetes air yang isinya berupa kumpulan sel yang disebut sebagai suprachiasmatic nucleus.
lebih enaknya dicontohkan
pagi hari knpa to terkadang kita ngantuk dan bisa bersemangat?? kerna pada pagi hari hormon kita berada dalam puncaknya yaitu jam 03.00-08.00 makanya kalo kita shalat tahajud niscaya kita akan sehat

terus siang hari dari jam 13.00-16 itu adalah waktu bagi tubuh untuk beristirahat itulah kenapa pasti ngantuk

mendekati jam 17.00-21.00 hormon kita meningkat tapi tidak sebanyak waktu pagi hari dan pas kita tidur hormon kita turun tanda tubuh kita beristirahat (dianjurkan jangan banyak bergadang kerna itulah fase tubuh beristirahat)
itu siklusss berulang terus menerus dengan seimbang tergantung kitanya saja lagi yang menggunakan tubuh kita :Big Grin

huahahhha Oh maY Jozzzz Srikandian rupanya... ga fokus ane bacanya omHuh

ngomong2 soal begadang,punya tips gak om dokter supaya kita tidur selalu di waktu yg standar jam 9/10 malam gt...

hampir 5 tahun saya ga bisa tidur di bawah jam 12 mlm,selalu jam 1 ,2 bahkan jam 3 baru kerasa ngantuk...
padahal aktifitas saya normal,,, bangun pagi jam 7 kerja,pulang sore jam 5... jam 6 langsung kuliah sampe jam 10..
badan kerasa cape dan ngantuk,tapi susah banget untuk tidur sblum jam 12 ke atas.

walaupun saya abis begadang dan blm tidur smalem suntuk ttp ga bisa tidur,, selalu jam 12 ke atas baru ngantuk


#8
mulai ya ente kayak eike -,-!

#9
(04-27-2012, 12:23 AM)drewcode Wrote:
(04-26-2012, 11:58 PM)wine trochanter Wrote:
(04-26-2012, 11:43 PM)drewcode Wrote: wahh kren nih,,, dapet ilmu non IT juga di sini Smile
Btw irama srikandi itu apa yah ? apa cuma ungkapan ?
jujur kata itu asing banget om bagi saya Angry


wakkk srikandi??
sikardian om= Irama Sirkadian adalah sebuah irama biologis yang menunjukkan proses adaptasi dari organisme terhadap banyak perubahan yang terjadi karena rotasi bumi pada porosnya, seperti perubahan cahaya, tekanan udara, dan sobat. Irama sirkadian dikendalikan oleh jam biologis yang terletak dalam sebuah bagian kecil di hipotalamus yang berbentuk seperti tetes air yang isinya berupa kumpulan sel yang disebut sebagai suprachiasmatic nucleus.
lebih enaknya dicontohkan
pagi hari knpa to terkadang kita ngantuk dan bisa bersemangat?? kerna pada pagi hari hormon kita berada dalam puncaknya yaitu jam 03.00-08.00 makanya kalo kita shalat tahajud niscaya kita akan sehat

terus siang hari dari jam 13.00-16 itu adalah waktu bagi tubuh untuk beristirahat itulah kenapa pasti ngantuk

mendekati jam 17.00-21.00 hormon kita meningkat tapi tidak sebanyak waktu pagi hari dan pas kita tidur hormon kita turun tanda tubuh kita beristirahat (dianjurkan jangan banyak bergadang kerna itulah fase tubuh beristirahat)
itu siklusss berulang terus menerus dengan seimbang tergantung kitanya saja lagi yang menggunakan tubuh kita :Big Grin

huahahhha Oh maY Jozzzz Srikandian rupanya... ga fokus ane bacanya omHuh

ngomong2 soal begadang,punya tips gak om dokter supaya kita tidur selalu di waktu yg standar jam 9/10 malam gt...

hampir 5 tahun saya ga bisa tidur di bawah jam 12 mlm,selalu jam 1 ,2 bahkan jam 3 baru kerasa ngantuk...
padahal aktifitas saya normal,,, bangun pagi jam 7 kerja,pulang sore jam 5... jam 6 langsung kuliah sampe jam 10..
badan kerasa cape dan ngantuk,tapi susah banget untuk tidur sblum jam 12 ke atas.

walaupun saya abis begadang dan blm tidur smalem suntuk ttp ga bisa tidur,, selalu jam 12 ke atas baru ngantuk

behhh jadwalnya padet banget dah
coba dah olahraga om,makan makanan yang bergizi terutama sayuran dan buah kurangi pasokan karbohidrat
saya dulu juga gitu om,rupanya siklus tidur saya terganggu dan susah buat kembalinya
yaa kalo saya mah saya paksa tidurr aja,meskipun susah
kalo udah ngatuk langsung tidurr jangn nyentuh laptop dah itu mah pembunuh tidur bagi saya Big Grin

(04-27-2012, 12:32 AM)junior.riau18 Wrote: mulai ya ente kayak eike -,-!

wkkwkw ane panggil jeng riau aja yah Tongue
ada kodok teroret teroret dipinggir kali terorret teroret mencari makan teroret teroret setiap pagi teroret teroret

visit: http://warungiso.blogspot.com/

I was not smart or special but I was unix

#10
kalo asupan gizi sih saya rasa cukup,, cuma olahraga ini yg jarang,,, bisa di bilang 1 bulan sekali (parah kan)
oke deh om dokter saya sarannya..
tp klo maksa2in tidur malah otak kemana2,,, dunia hayal jatohnya hheeee..






Users browsing this thread: 1 Guest(s)